DETIK-DETIK ROSULULLAH MENGHADAPI SAKARATUL MAUT

, 0 komentar

Ada sebuah kisah tentang cinta

yang benar-benar cinta

yang dicontohkan Allah

melalui kehidupan Rosul-Nya

Pagi itu, walaupun langit telah menguning,

burung-burung gurun enggan mengepakan sayap.

Pagi itu, Rosulullah dengan suara terbatas memberikan khutbah,

Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasihNya.

Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya

Ku wariskan dua perkara kepada kalian, Al Quran dan Sunnahku

Barang siapa yang mencintai Sunnahku, berarti mencintai aku dan khaliqnya.

Orang-orang yang mencintai aku akan masuk surga bersama-samaku

khutbah singkat itu diakhiri,

dengan pandangan mata Rosulullah yang tajam

dan penuh minat menatap sahabatnya satu persatu.

Abu Bakar menatap mata itu tanpa kata-kata,

umar dadanya turun naik menahan nafas dan tangisnya,

Usman menghela nafas panjang dan

Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam.

Isyarat itu telah datang, saatnya telah tiba.

rosulullah akan meninggalkan kita semua,

keluh hati semua sahabat ketika itu.

Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di dunia.

Tanda-tanda itu semakin kuat

Tatkala Ali dan Fadhal dengan cerdas menangkap

Rosulullah yang berkeadaan lemah

dan goyah ketika turun dari mimbar.

Disaat itu, jika mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana

pasti akan menahan detik-detik berlalu.

Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rosulullah masih tertutup.

sedang di dalamnya, Rosulullah sedang terbaring lemah

dengan keningnya yang berkeringat

dam membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.

Tiba-tiba di luar pintu terdengar seseorang berseru mengucapkan salam

“Bolehkah saya masuk”? tanyanya

tapi Fatimah tidak mengijinkannya masuk

“maafkanlah ayahku sedang demam”

kata Fatimah yang membalikan badannya dan menutup pintu

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata

sudah membuka mata dan bertanya kepada Fatimah,

“siapakah itu wahai anakku?…”"Tak taulah ayah”,

orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,

tutur Fatimah lembut

Lalu, Rosulullah menatap putrinya itu

dengan pandangan yang menggetarkan

seolah-olah bagian demi bagian

wajah anaknya itu hendak dikenang

Ketahuilah dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara.

Dialah yang memisahkan pertemuan di dunia

Dialah malaikat maut, kata Rosulullah

Fatimah pun menahan ledakan tangisnya

Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rosulullah menanyakan

kenapa Jibril tidak ikut serta menyertaimu

Kemudian di panggilah Jibril yang sebelumnya telah bersiap

Diatas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah

dan penghulu dunia ini

Jibril, Jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?

tanya Rosulullah dengan suara yang amat lemah

pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruh mu

Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu, kata Jibril

Tapi itu ternyata tidak membuat Rosulullah lega

mata beliau penuh kecemasan

Engkau tidak senang mendengar kabar ini? tanya Jibril lagi.

Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?

Jangan kuatir, wahai Rosul Allah,

Aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku:

“Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad,

yang telah berada didalamnya”, kata Jibril

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izjrail melaksanakan tugas

pelahan ruh Rosulullah ditarik

nampak seluruh tubuh bersimbah peluh, urat-urat leher menegang

Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini,

Perlahan Rosulullah mengaduh

Fatimah terpejam

Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam

sedang Jibril memalingkan muka

Jijikah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?

tanya Rosulullah pada malaikat pengantar wahyu itu

Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal,

kata Jibril

Sebentar kemudian terdengar………

Rosulullah memekik, karena sakit yang tidak tertahan lagi

Ya Allah, dahsyatnya maut ini, timpakan saja semua ini kepadaku

jangan pada umatku

Badan Rosulullah mulai dingin,

kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi

bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu,

Ali segera mendekatkan telinganya

Uushikum bis shalati, wa maa malakat aimanikum

peliharalah sholat dan peliharalah

orang-orang lemah diantaramu

Diluar pintu, tangis mulai terdengar bersahutan

sahabat saling berpelukan

Fatimah menutup tangan diwajahnya

Ali kembali mendekatkan telinga ke bibir Rosulullah

yang mulai kebiruan

Ummatii, ummatii, ummatii…..

umatku, umatku, umatku…..

dan berakhirlah hidup manusia mulia

yang memberi sinaran seluruh dunia.

Kini, mampukah kita mencintai sepertinya?

Allhumma sholi ala muhammad wa barik wa salim alaihi

betapa cintanya Rosulullah kepada kita

betapa kasihnya baginda Rosul kepada kita

Justru sampaikan kepada sahabat-sahabat muslim lainya

agar timbul kesadaran untu mencintai Allah dan Rosulnya

seperti Allah dan Rosulnya mencintai kita

Karena sesungguhnya selain dari pada itu hanyalah fana belaka

, 0 komentar

Menjadi seorang pemenag itu tidaklah mudah,perlunya sebuah pegorbanan
kalau kita ingin menjadi seorang pemenang tentu kita harus mampu mengalahkan orang lain.mempunyai mental juara sangatlah penting dan kita jangan pernah takut untuk menghadapi kegagalan.

Prestasi adalah sebuah hasil

Benarkah seorang anak yang nilai ulangan matematikanya sering mendapatkan nilai 9 senantiasa “terlihat” lebih baik ketimbang kawannya yang “hanya” mendapat nilai 7? Kalau jawab saya belum tentu. Mendapatkan nilai 9 memang suatu hal yang baik sekali, di hadapan guru dan juga kawan-kawan yang lain, akan tercatat sebagai sebuah prestasi yang mengesankan, yang patut dipuji-puji, yang patut dibangga-banggakan.

Akan tetapi, ketika berbicara sebuah hasil, kita tidak dapat melepaskan dari proses yang melatarbelakanginya. Masih banyak di antara kita yang melulu berorientasi pada sebuah hasil, dan goal senantiasa menjadi tuhan atau berhala baru demi memburu prestise, gengsi, dan lain sebagainya. Kalau kita lihat, kegiatan kita sehari-hari yang biasa kita lakukan, makan sendiri, mandi sendiri, menggunakan baju sendiri, adalah suatu hal yang lumrah. Akan tetapi seandainya perilaku yang menurut kita merupakan perilaku yang biasa, dan kemudian dilakukan oleh anak yang mengalami retardasi mental, hal tersebut dapat menjadi pekerjaan yang luar biasa. Dia yang mengalami kendala IQ yang rendah, tidak dapat berfikir, bertindak, dan mengontrol perilakunya dengan baik, boleh jadi akan menjadi “sangat” berprestasi ketika dapat menggunakan baju sendiri, dapat makan sendiri, dan lain sebagainya.

Apa yang nampak menurut saya bukan patokan fix sebuah kesuksesan. Kalau dari sononya sudah terlahir sebagai seorang anak yang kaya dengan segala atribut kemewahan yang melekat pada dirinya, tentu tidak dapat dikatakan sesukses orang yang mengawali dari nol, bahkan mungkin minus, hingga dia mendapatkan kekayaan yang boleh jadi setara dengan anak kaya tadi.

Kembali ke matematika yang dapat nilai 9 tadi, ternyata si Anak adalah anak orang mampu, yang mendapatkan fasilitas penuh dari orang tuanya yang memudahkan dia mendapatkan nilai 9, ikut les tambahan, buku-buku yang lengkap, fasilitas ini-fasilitas itu, dan lain sebagainya. Nah, ternyata anak yang mendapatkan nilai 7 tadi, serba berkekurangan, tidak ada fasilitas tambahan, bahkan yang ada mungkin dia harus membantu bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.

Sialnya masyarakat kita adalah masyarakat yang serba melihat sesuatu serba secara dzahir, bukan apa yang melatar belakangi, dan apa yang menjadikan sebuah kejadian terjadi. Bagi saya, si anak yang mendapat nilai 7 lebih hebat ketimbang yang mendapat 9. Meski serba berkekurangan, dia memulai dari 0 dan dapat mencapai angka 7, sementara sang kawan yang dapat angka 9, dia sudah start dari angka 7. Proses yang sedemikian hebatnya ini yang sungguh disayangkan tidak pernah dapat dimengerti oleh banyak di antara kita, termasuk barangkali oleh para orang tua ketika berhadapan dengan anaknya. Tahunya si anak dapat nilai jelek, padahal boleh jadi dia sudah berusaha keras, atau sangat mungkin bakatnya tidak di sana.

Jadi, bagaimana menurut anda?


pemenang

10 Karakter Pemenang & 10 Karakter Pecundang.

1). Ketika pemenang melakukan kesalahan dia berkata "saya salah!"
Ketika pecundang melakukan kesalahan dia berkata, "ini bukan salah
saya!"

2). Pemenang berkata," saya sudah baik, tapi saya bisa lebih baik lagi!"
Pecundang berkata ," saya tidak sejelek orang lain!".

3). Pemenang mencoba belajar dari setiap orang yang lebih baik dari pada
dia.
Pecundang selalu mencoba menjatuhkan orang lain.

4). Pemenang berkata," Mari saya kerjakan ini untuk Anda!"
Pencundang berkata, " itu bukan pekerjaan saya!".

5). Pemenang berkata, " Pasti ada cara lebih baik mengerjakannya!"
Pecundang berkata," Begitulah biasanya dikerjakan disini!"

6). Pemenang berkata, "ini sulit tapi mungkin!"
Pecundang berkata."ini mungkin tapi sangat sulit untuk
mengerjakan!".

7). Pemenang selalu mempunyai rencana.
Pecundang selalu cari alasan.

8). Pemenang mempunyai komitmen-komitmen
Pecundang hanya berjanji-janji saja.

9). Pemenang selau menjadi bagian dari jawaban
Pecundang selalu menjadi bagian dari masalah.

10). Pemenang tuntas memecahkan masalah.
Pecundang selalu tanggung-tanggung & tidak pernah memecahkan
masalah.

Jadilah Pemenang
....!!!!